BAB 2
“senang bisa melihat mu tumbuh
menjadi gadis cantik yang mengagumkan” kata bibi Eliz sambil memeluk dan
membelai lembut rambut Jessy yang terurai panjang. Pelukan dan belaian lembut
bibi Eliz justru membuatnya sedih, biasanya ia dapatkan semua itu dari ibunya.
“terimakasih karena bibi mau
menerimaku” Jessy mencium punggung tangan bibi Eliz seperti yang ia lakukan
ketika mencium tangan ibunya.
“maaf bibi Eliz, maukah anda
menceritakan apa hubungan kau dan ibu?” Jessy melepaskan pelukan bibi Eliz dan
memandangnya dengan wajah sayu.
“ibu mu adalah istri adikku,
sayangnya adikku bukanlah pria yang baik untuk ibumu” bibi Eliz menjelaskan
“apa? Jadi ayah ku adalah adik bibi?
Jessy sangat terkejut mendengar penjelasan dari bibi Eliz. Selama ini Jessy sangat
membenci ayahnya. Bagaimana tidak,
ketika usia 5 tahun ayahnya tiba-tiba pergi begitu saja dan tidak pernah
kembali pada Jessy dan ibunya. Padahal ibu Jessy selalu memperlakukan ayahnya
sangat baik, meskipun ayahnya sering memarahi ibu namun ibu tidak pernah
sekalipun meninggalkan ayah. Sedangkan ayahnya yang mendapat perlakuan baik
justru pergi begitu saja dan tidak pernah mengunjungi Jessy dan ibunya. Untung
ibu Jessy adalah wanita yang kuat, ia bahkan bekerja banting tulang demi
kehidupannya dan Jessy, anak semata wayangnya.
“bibi tahu sayang, kalau kamu sangat
membenci ayahmu. Tapi sejujurnya ayah mu sangat mencintai mu dan juga ibu mu”
“tapi mengapa ayah meninggalkan kami
bibi? Apa salah kami?” tangis Jessy pecah, ia merasakan sakit hati yang
dirasakan ibunya. Ia juga sangat kecewa dengan perlakuan ayahnya.
“bulan lalu, ibumu mengirim surat
kepada bibi. Kalau suatu hari nanti kamu akan datang kemari. Dan ibu mu meminta
bibi agar kamu dipertemukan dengan ayahmu. Ibumu hanya ingin menunjukkan padamu
bahwa ayahmu tidak sejahat seperti yang kamu pikir Jessy. Ia sangat
merindukanmu”
“lalu dimana dia?” Jessy melihat
ke sekeliling rumah berharap kalau ayahnya ada disana, ia ingin sekali bertanya
alasannya meninggalkan ibu dan dirinya. Namun tampaknya ayah tidak tinggal di
rumah bibi Eliz. Bibi Eliz melihat perilaku Jessy yang Nampak sedang
mencari-cari sosok ayahnya.
“ayahmu tidak ada disini Jessy.
Ayahmu tinggal di desa seberang” kalimat bibi Eliz membuat Jessy kaku terdiam.
“sudah malam, kamu istirahatlah.
Bibi janji besok akan membawamu kepada ayahmu” Bibi Eliz membantu Jessy membawa
barang bawaannya dan mengantar Jessy ke kamar yang telah disediakan oleh bibi
Eliz. Malam terasa sangat dingin di pedesaan. Jessy tidak dapat tidur
karena berada di lingkungan baru. Ia sudah tidak sabar ingin pergi menemui
ayahnya esok hari. Apakah wajah ayahnya
masih sama seperti dulu? Apakah ayahnya masih bisa mengenali anaknya yang satu ini?.
Jessy berusaha menepis pikiran-pikiran negatif yang ada dikepalanya. Ia
berusaha untuk memejamkan matanya di malam yang sangat dingin ini.
*****
Jessy
melihat pemandangan dari dalam cendela kamarnya. Indah, sejuk, membuat hati
terasa sangat damai, pantas saja penduduk disini sangat betah tinggal di tempat ini. Setiap pagi
mereka selalu disambut dengan keadaan alam yang sangat indah ini, sehingga hati
dan fikiran mereka menjadi sejuk. Jessy keluar kamar menghampiri bibi Eliz yang
sedang sibuk di dapur kecil miliknya. Bibi Eliz tinggal sendiri di rumah
ini. Suaminya, paman Sam sudah meninggal 5 tahun yang lalu dan kedua anaknya tinggal di desa seberang.
“selamat
pagi bibi” Jessy berjalan menghampiri bibi Eliz. Ikut membantu bibi Eliz
memasak. Aroma masakan bibi Eliz sangatlah nikmat, perut Jessy langsung
berbunyi keroncongan. Bibi Eliz tersenyum, senang ia memiliki teman dirumah
ini. Selama ini bibi Eliz selalu menghabiskan waktu seorang dirinya, anaknya
Deep dan Hans membantu ayah Jessy yang tinggal di desa sebelah. Terkadang
setiap akhir minggu mereka berkunjung ke rumah bibi Eliz.
“makanlah,
pasti kamu sudah sangat lapar kan?” kata bibi Eliz sambil berjalan ke meja makan
menghidangkan masakan yang sudah matang.
“iya
bibi, ayo makan bersama” Jessy menikmati masakan bibi Eliz, rasanya nikmat
sekali.
“besok
salah satu anak buah ayahmu akan pergi kemari untuk mengambil beberapa bahan
makanan yang sudah dipesan, namanya Chad. Kamu bisa menumpang Chad untuk pergi
menemui ayahmu. Bagaimana?”
“anak
buah ayah? Memang ayah kerja apa bi?” tanya Jessy penasaran
“besok
kamu akan tahu sendiri sayang, sekarang kamu beristirahatlah dulu. Badanmu
pasti masih sangat lelah” Jessy mengangguk tanda setuju. Rasa penasaran semakin
menyelimuti Jessy, ayah yang selama ini tidak pernah bisa ia temui. Besok
setelah sekian lama akhirnya ia bisa bertemu dengan ayahnya yang sudah lama
mencampakkannya dan ibunya. Jessy bahkan sudah menyiapkan kata-kata untuk
bertanya alasan ayahnya meninggalkan dirinya dan juga ibu begitu saja. Selama
satu hari ini Jessy menghabiskan waktu untuk membantu bibi Eliz mengerjakan
pekerjaannya, bibi Eliz banyak bercerita tentang kehidupannya yang kini hidup
bagai sebatang kara tanpa suami dan anak, bibi Eliz juga menceritakan kehidupan
ayah Jessy setelah meninggalkan Jessy dan ibunya. Jessy sangat beruntung
memiliki bibi sebaik bibi Eliz, padahal sebelumnya Jessy sempat berfikiran
negative tenatng bibi Eliz. Bibi Eliz berulang kali menyatakan perasaannya yang
sangat bahagia karena akhirnya ia bisa bertemu dengan keponakannya lagi setelah
sekian lama.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar