Minggu, 27 Maret 2016

Runaway

            

BAB 2
“senang bisa melihat mu tumbuh menjadi gadis cantik yang mengagumkan” kata bibi Eliz sambil memeluk dan membelai lembut rambut Jessy yang terurai panjang. Pelukan dan belaian lembut bibi Eliz justru membuatnya sedih, biasanya ia dapatkan semua itu dari ibunya.
            “terimakasih karena bibi mau menerimaku” Jessy mencium punggung tangan bibi Eliz seperti yang ia lakukan ketika mencium tangan ibunya.
            “maaf bibi Eliz, maukah anda menceritakan apa hubungan kau dan ibu?” Jessy melepaskan pelukan bibi Eliz dan memandangnya dengan wajah sayu.
            “ibu mu adalah istri adikku, sayangnya adikku bukanlah pria yang baik untuk ibumu” bibi Eliz menjelaskan
            “apa? Jadi ayah ku adalah adik bibi? Jessy sangat terkejut mendengar penjelasan dari bibi Eliz. Selama ini Jessy sangat membenci  ayahnya. Bagaimana tidak, ketika usia 5 tahun ayahnya tiba-tiba pergi begitu saja dan tidak pernah kembali pada Jessy dan ibunya. Padahal ibu Jessy selalu memperlakukan ayahnya sangat baik, meskipun ayahnya sering memarahi ibu namun ibu tidak pernah sekalipun meninggalkan ayah. Sedangkan ayahnya yang mendapat perlakuan baik justru pergi begitu saja dan tidak pernah mengunjungi Jessy dan ibunya. Untung ibu Jessy adalah wanita yang kuat, ia bahkan bekerja banting tulang demi kehidupannya dan Jessy, anak semata wayangnya.
            “bibi tahu sayang, kalau kamu sangat membenci ayahmu. Tapi sejujurnya ayah mu sangat mencintai mu dan juga ibu mu”
            “tapi mengapa ayah meninggalkan kami bibi? Apa salah kami?” tangis Jessy pecah, ia merasakan sakit hati yang dirasakan ibunya. Ia juga sangat kecewa dengan perlakuan ayahnya.
            “bulan lalu, ibumu mengirim surat kepada bibi. Kalau suatu hari nanti kamu akan datang kemari. Dan ibu mu meminta bibi agar kamu dipertemukan dengan ayahmu. Ibumu hanya ingin menunjukkan padamu bahwa ayahmu tidak sejahat seperti yang kamu pikir Jessy. Ia sangat merindukanmu”
            “lalu dimana dia?” Jessy melihat ke sekeliling rumah berharap kalau ayahnya ada disana, ia ingin sekali bertanya alasannya meninggalkan ibu dan dirinya. Namun tampaknya ayah tidak tinggal di rumah bibi Eliz. Bibi Eliz melihat perilaku Jessy yang Nampak sedang mencari-cari sosok ayahnya.
            “ayahmu tidak ada disini Jessy. Ayahmu tinggal di desa seberang” kalimat bibi Eliz membuat Jessy kaku terdiam.
            “sudah malam, kamu istirahatlah. Bibi janji besok akan membawamu kepada ayahmu” Bibi Eliz membantu Jessy membawa barang bawaannya dan mengantar Jessy ke kamar yang telah disediakan oleh bibi Eliz. Malam terasa sangat dingin di pedesaan. Jessy tidak dapat tidur karena berada di lingkungan baru. Ia sudah tidak sabar ingin pergi menemui ayahnya esok hari. Apakah wajah ayahnya masih sama seperti dulu? Apakah ayahnya masih bisa mengenali anaknya yang satu ini?. Jessy berusaha menepis pikiran-pikiran negatif yang ada dikepalanya. Ia berusaha untuk memejamkan matanya di malam yang sangat dingin ini.
*****
Jessy melihat pemandangan dari dalam cendela kamarnya. Indah, sejuk, membuat hati terasa sangat damai, pantas saja penduduk disini sangat betah tinggal di tempat ini. Setiap pagi mereka selalu disambut dengan keadaan alam yang sangat indah ini, sehingga hati dan fikiran mereka menjadi sejuk. Jessy keluar kamar menghampiri bibi Eliz yang sedang sibuk di dapur kecil miliknya. Bibi Eliz tinggal sendiri di rumah ini. Suaminya, paman Sam sudah meninggal 5 tahun yang lalu dan kedua anaknya tinggal di desa seberang.
“selamat pagi bibi” Jessy berjalan menghampiri bibi Eliz. Ikut membantu bibi Eliz memasak. Aroma masakan bibi Eliz sangatlah nikmat, perut Jessy langsung berbunyi keroncongan. Bibi Eliz tersenyum, senang ia memiliki teman dirumah ini. Selama ini bibi Eliz selalu menghabiskan waktu seorang dirinya, anaknya Deep dan Hans membantu ayah Jessy yang tinggal di desa sebelah. Terkadang setiap akhir minggu mereka berkunjung ke rumah bibi Eliz.
“makanlah, pasti kamu sudah sangat lapar kan?” kata bibi Eliz sambil berjalan ke meja makan menghidangkan masakan yang sudah matang.
“iya bibi, ayo makan bersama” Jessy menikmati masakan bibi Eliz, rasanya nikmat sekali.
“besok salah satu anak buah ayahmu akan pergi kemari untuk mengambil beberapa bahan makanan yang sudah dipesan, namanya Chad. Kamu bisa menumpang Chad untuk pergi menemui ayahmu. Bagaimana?”
“anak buah ayah? Memang ayah kerja apa bi?” tanya Jessy penasaran

“besok kamu akan tahu sendiri sayang, sekarang kamu beristirahatlah dulu. Badanmu pasti masih sangat lelah” Jessy mengangguk tanda setuju. Rasa penasaran semakin menyelimuti Jessy, ayah yang selama ini tidak pernah bisa ia temui. Besok setelah sekian lama akhirnya ia bisa bertemu dengan ayahnya yang sudah lama mencampakkannya dan ibunya. Jessy bahkan sudah menyiapkan kata-kata untuk bertanya alasan ayahnya meninggalkan dirinya dan juga ibu begitu saja. Selama satu hari ini Jessy menghabiskan waktu untuk membantu bibi Eliz mengerjakan pekerjaannya, bibi Eliz banyak bercerita tentang kehidupannya yang kini hidup bagai sebatang kara tanpa suami dan anak, bibi Eliz juga menceritakan kehidupan ayah Jessy setelah meninggalkan Jessy dan ibunya. Jessy sangat beruntung memiliki bibi sebaik bibi Eliz, padahal sebelumnya Jessy sempat berfikiran negative tenatng bibi Eliz. Bibi Eliz berulang kali menyatakan perasaannya yang sangat bahagia karena akhirnya ia bisa bertemu dengan keponakannya lagi setelah sekian lama.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar